Sabtu, 27 Januari 2018

Kekayaan Alam Sumatera Selatan, Air Terjun Curup Tenang

Kekayaan alam Sumatera seolah tak terhitung. Keajaiban Air Terjun Dua Warna bukanlah akhir dari nostalgia air terjun. Masih ada banyak air terjun hebat lainnya yang wajib Anda datangi. Salah satu yang memiliki kesan istimewa adalah objek air terjun yang terdapat di selatan Pulau Sumatera, yaitu Air Terjun Bedegung. Ketinggian Air terjun Bedegung mencapai 99 meter. Dengan demikian, air terjun ini merupakan salah satu air terjun tertingi di Indonesia setelah Air terjun Sigura gura (250 meter), Air terjun Payakumbuh di Ngarai Harau (150 meter), dan Air terjun Curug Citambur (100 meter). Sepanjang rute menuju Air Terjun Bedegung, Anda akan disambut hijaunya pepadian dan suasana alam yang sangat kental. Anda harus menempuh jarak 56 km menuju perbatasan Batu Raja – Muara Enim. Kali ini, Anda dapat menggunakan mobil pribadi dengan waktu sekitar 1 jam. Setelah itu, Anda masih akan berkelana demi menuju lokasi utamanya dan kali ini Anda hanya dapat mencapainya dengan berjalan kaki.
Pastikan Anda menggunakan sepatu yang tidak merepotkan saat dibawa berjalan melewati tangga di atas aliran sungai dan menaklukkan sebuah jembatan besi yang sudah berlubang beberapa bagian pijakannya. Kewaspadaan harus terus dijaga agar Anda terhindar dari kemungkinan-kemungkinan terjadinya kecelakaan. Meskipun demikian, jembatan itu masih cukup kokoh untuk dilalui. Semakin mendekati air terjun, telinga Anda akan semakin menangkap suara gemericik airnya ynag membuat hati berdegup tidak sabar ingin segera menapakkan kaki di hadapan Air Terjun Bedegung.
Jembatan Air Terjun Bedegung Muara EnimDi sekitarnya, Anda dapat menempati pondok-pondok tak berpenghuni secara cuma-cuma untuk bersantai sejenak memulihkan tenaga. Bebatuan besar juga terhampar sehingga Anda bisa duduk-duduk di atasnya seraya menikmati dahsyatnya panorama alam pada Air Terjun Badegung ini. Kesejukan air nya berasal dari mata air di celah Bukit Barisan yang sama sekali tidak pernah kering. Aliran di bawahnya membentuk sungai kecil yang cukup deras dan bebatuan besar juga terhampar di sana. Anda dapat berfoto ria di atas bebatuan ini dengan latar air terjun yang mengucur dengan sangat deras.
Lokasi Air Terjun Bedegung berlokasi di Sumatera Selatan, tepatnya di Desa Bedegung, Kecamatan Tanjung Agung, Kabupaten Muara Enim. Beranjak dari Kabupaten Muara Enim, Anda akan menghabiskan waktu 1,5 hingga 2 jam menempuh jarak 56 kilometer menuju objek wisata andalan Sumatera Selatan ini. Melewati jalan setapak terlebih dahulu sebagai akses utama untuk tiba di Air Terjun Bedegung. Akses Jalur darat untuk sampai di Air Terjun Bedegung bisa dilewati oleh bus ataupun kendaraan pribadi. Selain itu, kereta api juga bisa menjadi transportasi pilihan Anda. Pemerintah Kabupaten Muara Enim juga telah membangun jalan dari Kota Prabumulih menuju Simpang Meo. Panjang jalanan ini sekitar 87 kilometer dan juga melalui areal hutan tanaman industri dan perkebunan kelapa sawit. Dari Ibukota Provinsi, Palembang, Anda hanya membutuhkan waktu 2 jam dengan jarak sekitar 177 kilometer menuju tempat wisata indah ini. Artinya, lebih singkat jika dibandingkan rute dari Muara Enim dengan jarak 239 km. Harga Tiket Memasuki area air terjun unggulan Sumatera Selatan ini, Anda diminta membayar tiket masuk sebesar Rp. 5.000,- per orang. Seperti tempat wisata lainnya, pada hari libur nasional atau hari besar agama, biayanya akan bertambah mulai dari Rp 10.000,- hingga Rp. 25.000,- per orang.
Fasilitas Dan Akomodasi Pemerintah setempat tidak tinggal diam menanggapi adanya tempat wisata Air Terjun Bedegung ini. Pembenahan senantiasa dilakukan dalam hal sarana dan prasarana di sekitar lokasi wisata, seperti perbaikan toilet dan kamar mandi, lapangan untuk parkir kendaraan, serta pembangunan jalan setapak sebagai akses utama yang akan memudahkan Anda. Villa untuk menginap juga tersedia apabila Anda ingin bermalam menikmati suasana air terjun lebih lama. Warung-warung juga mudah ditemui, hanya saja mayoritas hanya menyediakan mie instan sebagai menu santapan Anda.

Wisata Religi AL-Quran Al Akbar Palembang

Wisata merupakan salah satu kegiatan mengasyikkan yang disukai semua orang. Selain mencari hiburan, tujuan wisata juga bisa untuk mempererat rasa kebersamaan. Seiring perkembangan zaman dan teknologi saat ini, jenis dan kualitas wisata yang ditawarkan juga makin beragam. Wisata dapat menjadi salah satu faktor yang dapat menarik orang luar untuk berkunjung ke tempat kita. Maka secara tak langsung, dengan adanya suatu tempat wisata dapat menciptakan lapangan kerja, mampu meningkatkan pendapatan sekaligus memberikan kesejahteraan.
Perkembangan wisata saat ini terlihat makin pesat. Selain dari ide-ide kreatif masyarakat dan rasa peduli yang tinggi, lahirnya sebuah destinasi wisata baru juga didukung oleh pemerintah setempat. Sebagai contoh, beberapa waktu yang lalu pemerintah Kota Palembang telah meresmikan sebuah destinasi wisata baru yang disebut wisata religi di Kampung Arab Al Munawar (tulisan saya tentang ini sudah saya posting sebelumnya). Ya, wisata religi merupakan konsep wisata baru yang ada di Palembang. Selain menawarkan wisata yang dapat menghibur dan memberikan pengetahuan baru, wisata religi juga bertujuan untuk meningkatkan kecintaan kita terhadap islam.
Tulisan saya kali ini juga membahas mengenai wisata religi lainnya yang ada di Palembang, yaitu Wisata Religi Al Qur'an Al Akbar yang terletak di Jalan M. Amin Fauzi, Soak Bujang (Pondok Pesantren IGM Al Ihsaniyah), Kecamatan Gandus, di kediaman Bapak H. Kgs Syofwatillah Mohzaib sebagai salah satu penggagas. Terdapat 30 juz ayat suci Al-Quran yang berhasil dipahat/diukir khas Palembang dalam lembar kayu dan menghabiskan kurang lebih 40 meter kubik kayu tembesu dengan biaya tidak kurang 2 miliar Rupiah, di mana masing-masing lembar ukuran halamannya 177x140x2,5 cm dan tebal keseluruhannya termasuk sampul mencapai 9 meter. Al-Quran yang terdiri dari 630 halaman ini juga dilengkapi dengan tajwid serta doa khataman bagi pemula. Setiap lembar terpahat ayat suci Al-Quran pada warna dasar kayu coklat dengan huruf arab timbul warna kuning dengan ukiran motif kembang di bagian tepi ornamen khas Palembang yang sangat indah dipandang dan enak dibaca. Proses pembuatannya sendiri memakan waktu relatif lama, sekitar tujuh tahunan.
Al Quran terbesar dan pertama di dunia dalam bentuk Al Quran 30 juz yang dibuat pada media dari kayu jenis tembesu ini, sebelum resmi dipublikasikan, sengaja di pajang seluruh ayat-ayat suci di dalam ruang pamer Masjid Agung Palembang selama tiga tahun untuk mendapat koreksi dari seluruh umat. Al Qur’an Al Akbar/raksasa dengan ukiran khas Palembang ini dibuat oleh Kiagus Syofwatillah Mohzaib pada tanggal 10 Ramadhan 1422 H/2002 Masehi karena beliau baru saja merampungkan pemasangan kaligrafi pintu dan ornamen Masjid Agung Sultan Mahmud Badaruddin II Palembang. Dari sana terpikir untuk membuat Mushaf Al-Qur’an dengan ornamen dan ukiran khas Palembang. Di suatu malam saat Ramadhan, tergambar dalam pikiran beliau untuk membuat sebuah Al-Qur’an raksasa yang terbuat dari kayu dan menjadi mushaf yang terbesar di dunia. Tepat pada 1 Muharam 1423 (15 Maret 2002) satu lembar ukiran yang telah dibuat yaitu Surah Al-Fatihah dan dipamerkan pada acara peringatan Tahun Baru Islam. Ukiran Al Qur’an ini baru selesai pada akhir tahun 2008. Kamis 14 Mei 2009 ukiran Al Qur’an ini diluncurkan di Masjid Agung Palembang. Pada akhir tahun 2011, Al-Quran ini dinilai layak untuk dipublikasikan. Kemudian pada tanggal 30 Januari 2012, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono bersama seluruh Delegasi Konferensi Parlemen Organisasi Konferensi Islam (OKI) meresmikan penggunaan Al-Quran yang disebut sebagai Al-Quran terbesar yang dicetak di atas lembaran kayu tembesu.
Untuk memasuki area wisata religi Al Qur'an Al Akbar ini, pengunjung cukup membayar karcis seharga Rp5.000, yang bisa dibeli di loket pembelian karcis masuk. Di sana juga dijual berbagai jenis oleh-oleh khas Palembang dengan jenis dan harga yang beragam. Gedung tempat dipajangnya ukiran ayat suci Al Qur'an terdapat lima lantai. Di lantai paling bawah, terdapat sebuah tempat berkaca yang dikunci. Isinya berupa lembaran uang kertas yang sudah menggunung. Uang-uang tersebut merupakan infak dari para pengunjung. Di lantai atas ada sebuah mushola untuk para pengunjung yang ingin menunaikan shalat di sana. Sayangnya, saat saya dan teman-teman ke sana kami hanya melihat ukiran ayat Al Qur'an di lantai pertama saja. Sebab, lantai-lantai di atasnya ditutup karena dalam perbaikan. Datang ke tempat wisata religi Al Qur'an Al Akbar ini, membuat siapapun terkagum saat memandangi dan meraba setiap ukiran dari tangan pemahat yang begitu rapi dan indah. Saya percaya, pembuatan ukiran ayat-ayat suci ini dilakukan dengan sepenuh hati dan atas ridho Allah SWT, sehingga dapat menghasilkan karya luar biasa.

Hutan Pinus Mangunan

Hutan Pinus mangunan Sinar mentari pagi menelusup dari celah-celah pucuk pinus, membiaskan garis-garis keemasan yang indah. Cahyanya lantas terpantul pada embun yang masih tersisa di dedaunan, menciptakan kabut tipisa yang indah. Itulah gamabran yang terekam ketika Anda berkunjung ke Hutan Pinus Mangunan atau yang lebih dikenal dengan sebutan Hutan Pinus Imogiri.
Ribuan pohon pinus berdiri dengan tegak laksana prajurit yang berbaris dengan teratur di kawasan seluas 500 Ha. Saat angin bertiup, akan terdengar harmoni alam yang berasal dari dersik daun-daun. Aroma khas hutan pinus pun menguar dengan tajam. Tak heran jika banyak pengunjung yang jatuh cinta dengan kawasan ini dan berkunjung untuk menikmati suasananya yang khas.
Hutan Pinus Mangunan tidak hanya menjanjikan ketenangan bagi jiwa. Tempat ini juga menawarkan view yang cantik untuk diabadikan dalam jepretan kamera, tak heran jika akhirnya Hutan Pinus Mangunan menjadi salah satu spot hunting foto favorit. Bukan hanya wisatawan yang ingin selfie, pasangan yang hendak menikah pun banyak yang menjadikan tempat ini sebagai setting foto prewedding mereka. Dengan sudut pengambilan gambar yang tepat, foto-foto berlatar hutan pinus nan rimbun ala-ala setting film Hollywood pun bisa didapat. Bagi wisatawan yang menyukai petualangan, Anda bisa trekking mengikuti jalur outbond Wartu Abang menuju sumber mata air Bengkung yang dipercaya oleh masyarakat sekitar sebagai lokasi pertapaan Sultan Agung Hanyakrakusuma.
Lokasi dan Tiket Masuk Hutan Pinus Mangunan terletak di Desa Dlingo, Mangunan, Bantul. Tidak ada tiket masuk yang perlu dibayarkan. Wisatawan hanya perlu membayar biaya parkir sebesar Rp 3.000 untuk motor dan Rp 10.000 untuk mobil.
Cara Menuju Hutan Pinus Mangunan Berhubung tidak ada transportasi publik yang melayani rute hingga kawasan hutan pinus maka wisatawan disarankan untuk membawa kendaraan pribadi. Dari Yogyakarta bisa mengambil rute Terminal Yogyakarta – Jalan Imogoro Timur – Pertigaan Imogiri belok ke arah Makam Raja-raja Imogiri – Mangunan – Hutan Pinus Mangunan. Jika anda kesini dalam perjalanan pulang anda juga bisa mampir ke kuiner khas Imogiri atau Bantul yaitu Sate klathak Imogiri.

Keindahan Pulau Labengki, Sulawesi Tenggara

Propinsi Sulawesi Tenggara memang kalah keindahanya dibanding propinsi lainnya. Keindahan kepulauan kecil yang begitu menawan mata akan mudah ditemui serta dijelajahi. Tidak hanya Wakatobi yang sangat indah disana, ternyata masih banyak pulau indah salah satunya adalah Pulau Labengki yang terkenal dengan sebutan Raja Ampatnya Sulawesi.
Obyek Wisata Pulau Labengki ini terletak di Propinsi Sulawesi Tenggara dan keindahanya tidak kalah dengan Wakatobi ataupun pulau labengki wisata sulawesi tenggaraRaja Ampat yang sudah begitu terkenal. Kenapa banyak yang menyebut Pulau Labengki sebagai Raja Ampatnya Suluwesi karena destinasi ini bernuansa hampir sama dengan Raja Ampat yang terdiri dari karang-karang besar yang menjelang diatas samudera diberbagai titiknya. Gugusan pulau karang besar dan kecil ini dipetakan menjadi Pulau Labengki Besar dan Pulau Labengki Kecil.
pulau labengki wisata sulawesi tenggaraTidak hanya keindahan diatas air saja yang disajikan oleh pulau menawan ini, tetapi keindahan bawah airnya juga sangat indah untuk dikagumi. Berbagai biota laut yang hidup disini dan masih terjaga kealamianya. Dipulau ini banyak terdapat titik-titik spot penyelaman yang sangat berkelas dan di perairan ini menjadi habitat Speciaes Kima atau Kerang Raksasa yang bisa mencapai besar sekitar 50cm. Dan Kima disini tercatat sebagai Kima terbesar kedua didunia. Sehingga disini pula sebagia tempat peneliti, konservasi dan penangkaran Kima.
Selain berputar-putar mengelilingi pulau-pulau, menyelam ataupun snorkling di Labengki, pengunjung bisa juga beraktivitas memancing disini. Berbagai ikan bisa anda dapatkan dengan memancing disini seperti Barakuda, Kerapu, Tuna Sirip Kuning, Kakap Merah ataupun Ikan Layar. Sesudah memancing, hasilnya bisa untuk sebagai baberque disalah satu pulau. Di Pulau Labengki juga terdapat pantai berpasir putih dan rindangnya pohon kelapa, sembari istirahat penginjung bisa membakar ikan yang didapat saat memancing tadi. Pulau Labengki secara administratif masuk ke dalam wilayah Kabupaten Konawe Utara, Provinsi Sulawesi Tenggara.
Akses Pulau Labengki dapat dijangkau dari Kota Kendari, Ibu Kota Provinsi Sulawesi Tenggara, Anda bisa melalui jalan darat sekitar 1 jam menuju daerah Toli-Toli Kabupaten Konawe. Dari Toli-Toli, dilanjutkan perjalanan dengan kapal kurang lebih 3 jam perjalanan untuk tiba di Pulau Labengki. Fasilitas dan Akomodasi Fasilitas di Pulau Labengki ini memang belum sangatlah lengkap biasanya untuk masalah untuk mandi bebrbilas diri dan menginap bisa menumpang di Posko Tim Konservasi.

Jumat, 26 Januari 2018

Danau Kelimutu

Danau Kelimutu adalah danau kawah yang terletak di puncak Gunung Kelimutu (gunung berapi) yang terletak di Pulau Flores, Provinsi NTT, Indonesia. Lokasi gunung ini tepatnya di Desa Pemo, Kecamatan Kelimutu, Kabupaten Ende. Danau ini dikenal dengan nama Danau Tiga Warna karena memiliki tiga warna yang berbeda, yaitu merah, biru, dan putih. Walaupun begitu, warna-warna tersebut selalu berubah-ubah seiring dengan perjalanan waktu. Danau ini berada di ketinggian 1.631 meter dari permukaan laut. Kelimutu merupakan gabungan kata dari “keli” yang berarti gunung dan kata “mutu” yang berarti mendidih. Menurut kepercayaan penduduk setempat, warna-warna pada danau Kelimutu memiliki arti masing-masing dan memiliki kekuatan alam yang sangat dahsyat. Danau atau Tiwu Kelimutu di bagi atas tiga bagian yang sesuai dengan warna – warna yang ada di dalam danau. Danau berwarna biru atau “Tiwu Nuwa Muri Koo Fai” merupakan tempat berkumpulnya jiwa-jiwa muda-mudi yang telah meninggal. Danau yang berwarna merah atau “Tiwu Ata Polo” merupakan tempat berkumpulnya jiwa-jiwa orang yang telah meninggal dan selama ia hidup selalu melakukan kejahatan/tenung. Sedangkan danau berwarna putih atau “Tiwu Ata Mbupu” merupakan tempat berkumpulnya jiwa-jiwa orang tua yang telah meninggal.
Luas ketiga danau itu sekitar 1.051.000 meter persegi dengan volume air 1.292 juta meter kubik. Batas antar danau adalah dinding batu sempit yang mudah longsor. Dinding ini sangat terjal dengan sudut kemiringan 70 derajat. Ketinggian dinding danau berkisar antara 50 sampai 150 meter. Awal mulanya daerah ini diketemukan oleh Van Such Telen, warga negara Belanda, tahun 1915. Keindahannya dikenal luas setelah Y. Bouman melukiskan dalam tulisannya tahun 1929. Sejak saat itu wisatawan asing mulai datang menikmati danau yang dikenal angker bagi masyarakat setempat. Mereka yang datang bukan hanya pencinta keindahan, tetapi juga peneliti yang ingin tahu kejadian alam yang amat langka itu. Kawasan Konservasi Alam Nasional Kawasan Kelimutu telah ditetapkan menjadi Kawasan Konservasi Alam Nasional sejak 26 Februari 1992. Jenis hutan Hutan Dipterokarp Bukit adalah kawasan hutan yang terdapat di ketinggian antara 300 – 750 meter. Hutan Dipterokarp Bukit 300 – 750 meter Hutan Dipterokarp Atas ketinggian 750 – 1.200 meter Hutan Montane 1,200 – 1.500 meter Hutan Ericaceous > 1.500 meter Beberapa flora yang dapat ditemui di sekitar danau antara lain Kesambi (Schleichera oleosa), Cemara (Casuarina equisetifolia) dan bunga abadi Edelweiss. Sedangkan fauna yang ada di sekitar danau, antara lain Rusa (Cervus timorensis), Babi hutan (Sus sp.), Ayam hutan (Gallus gallus) dan Elang (Elanus sp.)
Danau Kelimutu yang terletak di puncak Gunung Kelimutu ini masuk dalam rangkaian Taman Nasional Kelimutu. Danau Kelimutu mempunyai tiga kubangan raksasa. Masing-masing kubangan mempunyai warna air yang selalu berubah tiap tahunnya. Air di salah satu tiga kubangan berwarna merah dan dapat menjadi hijau tua serta merah hati; di kubangan lainnya berwarna hijau tua menjadi hijau muda; dan di kubangan ketiga berwarna coklat kehitaman menjadi biru langit. Secara adminitratif, Danau Kelimutu berada pada 3 kecamatan, yakni Kecamatan Detsuko, Kecamatan Wolowaru dan Kecamatan Ndona, ketiganya berada di bawah naungan Kabupaten Dati II Ende, Propinsi Nusa Tenggara Timur.
Akses ke Kawasan ini yaitu dari ibukota Propinsi NTT, yakni Kupang, menggunakan pesawat menuju kota Ende, di Pulau Flores, dengan waktu tempuh mencapai 40 menit. kemudian perjalanan dilanjutkan dengan menggunakan angkutan umum berupa mini bus, menuju Desa Kaonara, yang berjarak 93 km, dengan waktu tempuh sekitar 3 jam. Dari Desa Koanara menuju Puncak Danau Kelimutu, berjalan sepanjang 2,5 km.
Sebagai salah satu objek wisata andalan , maka akomodasi di sekitar danau cukup diperhatikan. Di sekitar danau terdapat pondok jaga, shelter berteduh untuk pengunjung, MCK, kapasitas lahan parkir , serta beberapa losmen kecil .

Salju Abadi Puncak Jayawijaya

Sejatinya, Indonesia yang terletak di garis khatulistiwa memang memiliki iklim tropis sepanjang masa sehingga tidak memungkinkan adanya turun salju di wilayahnya. Namun keajaiban alam sering muncul di Indonesia. Salah satunya yaitu salju abadi di puncak Gunung Jayawijaya. Di puncak gunung tertinggi di Indonesia ini, salju terhampar begitu luas. Ketinggiannya yang mencapai 4.884 dapl membuat salju abadi pun menutupi puncak gunung di Papua ini. Salju di Puncak Jayawijaya merupakan salah satu fenomena alam yang unik, karena es alami biasanya tidak turun di sepanjang khatulistiwa. Jika dilihat dari udara, Puncak Jayawijaya bagaikan permadani yang diselimuti tudung putih. Jika matahari sedang cerah, maka hamparan salju tersebut akan memantulkan cahaya matahari yang menyilaukan namun tetap mengagumkan. Keindahan Puncak Jayawijaya atau yang lebih dikenal para pendaki sebagai Piramida Carstenz terdaftar sebagai satu dari tujuh puncak benua (seven summit) yang sangat fenomenal dan menjadi incaran para pendaki gunung di berbagai belahan dunia. Carstenz diambil dari nama penemu pegunungan ini, Jan Carstenz yang melihat adanya puncak gunung bersalju di daerah tropis melalui sebuah kapal laut di tahun 1623.
Berada di Puncak Jayawijaya atau di Puncak Carstenz merupakan impian para pendaki gunung. Persyaratan yang tidak mudah dan biaya yang tidak murah pun harus disiapkan jauh-jauh hari guna mengatasi berbagai rintangan yang ada. Mulai dari kondisi alam yang begitu terjal, suhu sangat dingin, dan angin yang kencang serta kemungkinan kekurangan oksigen menjadi tantangan tersendiri. Sebelum memulai petualangan ini baiknya anda menyiapkan fisik sebelum memulai perjalanan supaya kondisi anda prima, apalagi untuk daerah puncak pegunungan suhunya bisa mencapai hingga 0 derajat celcius., selain itu anda wajib mengantungi surat ijin dari pemerintah terkait yang berwenang, hal ini semata-mata dilakukan pun demi kebaikan kita sebagai pendaki atau pengunjung karena medan yang akan anda tempuh tidak hanya lama, sulit tetapi juga berbahaya. Memang tidak murah dan tidak mudah untuk mencapai Puncak Jaya ini, namun hal tersebut akan sebanding dengan sensasi kepuasaan tersendiri yang tak terlukiskan kata-kata bila anda berhasil memijakkan kaki disana, keindahan pemandangan yang serba hijau tentu akan mempesona anda, untuk sementara ini melihat dari medan yang sulit plus waktu serta jarak tempuh yang membutuhkan waktu khusus mungkin memang lebih baik lagi bila pendakian dilakukan oleh pendaki profesional, kalaupun bagi anda yang tidak biasa dengan kegiatan ini, bisa didampingi oleh mereka yang memiliki kemampuan mendaki serta pengalaman khusus dalam hal ini.

Sungai Terapung Muara Kuin Warisan Nenek Moyang dari Banjar

Pasar Terapung Muara [Sungai] Kuin atau Pasar Terapung Sungai Barito adalah pasar terapung tradisional yang berada di atas sungai Barito di muara sungai Kuin, Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Pasar Terapung Muara Kuin merupakan pusaka saujana Kota Banjarmasin. Para pedagang dan pembeli menggunakan jukung, sebutan perahu dalam bahasa Banjar. Pasar ini mulai setelah salat Subuh sampai selepas pukul tujuh pagi. Matahari terbit memantulkan cahaya di antara transaksi sayur-mayur dan hasil kebun dari kampung-kampung sepanjang aliran sungai Barito dan anak-anak sungainya.
Para pedagang wanita yang berperahu menjual hasil produksinya sendiri atau tetangganya disebut dukuh, sedangkan tangan kedua yang membeli dari para dukuh untuk dijual kembali disebut panyambangan. Keistemewaan pasar ini adalah masih sering terjadi transaksi barter antar para pedagang berperahu, yang dalam bahasa Banjar disebut bapanduk.
Salah satu tempat wisata di Kalimantan Selatan yang paling terkenal adalah Pasar Terapung. Objek wisata yang satu ini termasuk salah satu tempat untuk aktivitas jual beli warga, dan uniknya Anda bisa melakukan jual beli di pasar ini tepatnya di atas perahu mengapung. Kini, pasar terapung sudah menjadi kawasan wisata di Kalimantan Selatan banyak dikunjungi oleh para wisatawan. Adapun salah satu jenis pasar terapung paling populer di Banjarmasin yaitu terletak di muara Sungai Barito, di Kelurahan Kuin Utara, kota Banjarmasin. Pasalnya, pasar terapung ini sudah ada semenjak 400 tahun silam. Adapun barang yang diperjualbelikan di pasar ini berupa makanan, pakaian dan hasil kebun. Awalnya, Pasar Terapung sendiri sebagai tempat untuk bertukar barang atau barter dengan tidak mempergunakan uang. Walaupun kini memakai uang untuk alat tukar, tetapi masih ada beberapa orang yang melakukan barter.